Hotelnella – MD Farm kini berkembang pesat dengan luas lahan mencapai sekitar 700 meter persegi dan didukung oleh tiga tenaga kerja. Saat musim panen berlangsung normal, kebun stroberi milik Dikri ini mampu menghasilkan lebih dari 50 kilogram stroberi setiap bulannya.
Tak hanya mengandalkan hasil panen, MD Farm juga menawarkan pengalaman wisata petik stroberi yang semakin diminati. Pendapatan dari aktivitas ini pun cukup mengesankan.
“Kalau kondisi normal biasanya omzet di kisaran Rp4 juta sampai Rp6 juta per bulan. Tapi yang paling tinggi itu pernah sampai Rp10 juta, tepatnya di bulan September 2024. Itu sudah termasuk dari penjualan buah, kunjungan wisatawan, dan penjualan bibit,” jelas Dikri kepada Anugerahslot travel.
Harga stroberi yang dipetik langsung dari kebun dibanderol Rp80.000 per kilogram. Sementara untuk tiket masuk (HTM), pengunjung hanya perlu membayar Rp5.000 untuk bisa menikmati suasana kebun sekaligus memetik buah sendiri.
Menariknya, MD Farm cukup fleksibel dalam menerima pengunjung—bahkan hingga malam hari. Salah satu cerita unik yang dikisahkan Dikri datang dari seorang wisatawan asal Tangerang.
“Ada yang datang dari Tangerang malam-malam, sampai waktu Isya. Ternyata istrinya sedang ngidam dan ingin memetik stroberi langsung dari kebun,” tuturnya.
Dengan konsep wisata agrikultur yang ramah keluarga dan harga yang terjangkau, MD Farm terus menjadi destinasi favorit bagi para pecinta buah segar dan pengalaman alam yang autentik.
MD Farm Buktikan Stroberi Manis Bisa Tumbuh di Dataran Rendah Sukabumi

Siapa sangka, menikmati stroberi segar tak harus ke dataran tinggi seperti Lembang. Di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Gunung Guruh, Kabupaten Sukabumi—pada ketinggian sekitar 410 meter di atas permukaan laut—Muhamad Dikri (33) berhasil membuktikan bahwa stroberi tetap bisa tumbuh subur dan manis meski di daerah dengan suhu relatif hangat.
Melalui usahanya yang dinamakan MD Farm, Dikri menghadirkan wisata petik stroberi sebagai alternatif menarik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan yang ingin merasakan pengalaman seru tanpa harus bepergian jauh.
Didirikan pada 2019, MD Farm bermula dari hobi lama Dikri yang sudah menyukai menanam stroberi sejak masa sekolah dasar. Ia bahkan rela meninggalkan karier di dunia teknologi informasi untuk fokus sepenuhnya pada pertanian.
“Awalnya cuma coba-coba di lahan belakang rumah. Ukurannya kecil, tapi karena sudah suka dari kecil, saya terus kembangkan. Sampai akhirnya serius menekuni,” ujar Dikri saat ditemui, Jumat (13/6/2025).
Namun, membudidayakan stroberi di dataran rendah tentu bukan hal mudah. Menurut Dikri, tantangan yang dihadapi jauh lebih besar dibanding di daerah dingin.
“Perawatannya sangat berbeda dengan di dataran tinggi. Mulai dari pola pemupukan, pengairan, sampai pengendalian hama semuanya harus disesuaikan,” jelasnya.
Stroberi di suhu hangat memang lebih sensitif, membutuhkan perhatian ekstra agar bisa tumbuh sehat dan menghasilkan buah berkualitas. Namun usaha dan ketekunan Dikri membuahkan hasil yang manis—secara harfiah.
“Alhamdulillah, rasanya enak dan cenderung manis, apalagi saat musim kemarau. Mungkin karena pengaruh suhu dan intensitas sinar matahari,” tambahnya.
Meski ukuran buah stroberi dari MD Farm tergolong sedang—sekitar 20 hingga 30 gram untuk panen pertama—cita rasanya yang manis menjadi daya tarik utama yang membedakannya dari stroberi dataran tinggi.
Kini, MD Farm tak hanya menjadi ladang bisnis bagi Dikri, tetapi juga ruang edukasi dan rekreasi yang menginspirasi banyak orang bahwa mimpi bertani pun bisa tumbuh di mana saja, bahkan di tengah tantangan iklim.
MD Farm Sukabumi Budidayakan 8 Varietas Stroberi Manis di Dataran Rendah

Agrowisata MD Farm di Sukabumi kini membudidayakan delapan varietas stroberi unggulan, seperti Mencir, California, Saga Honoka, Jumbo Bali, Pink Bel, Sachinoka, Tacinoka, dan Sipana. Setiap jenis menawarkan karakter rasa dan bentuk yang berbeda, memberi pengalaman menarik bagi pengunjung yang ingin merasakan aneka varian stroberi langsung dari kebunnya.
Muhamad Dikri, pemilik MD Farm, secara konsisten menambah koleksi varietas dengan rasa dominan manis seperti Sachinoka dan Pink Bel asal Korea. Menurutnya, selera pengunjung cenderung menyukai stroberi yang manis segar, sehingga diversifikasi jenis sangat penting.
Namun, budidaya stroberi di dataran rendah bukan tanpa hambatan. Perubahan cuaca yang ekstrem serta serangan hama seperti thrips kerap menjadi penyebab utama kegagalan panen.
“Seringkali panen gagal, terutama saat awal musim hujan. Buah mudah membusuk, tanaman rusak kena hama, pupuk mahal terbuang percuma. Produksi jadi tidak stabil dan rugi,” ungkap Dikri.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Dikri berencana membangun greenhouse agar proses produksi tetap stabil meski cuaca tak bersahabat. Ia berharap struktur ini bisa melindungi tanaman dari serangan hama dan hujan berlebih.
Sejak pertama kali merintis usaha pada 2019, Dikri telah menginvestasikan hampir Rp20 juta, dan kini nilai modal yang tertanam diperkirakan telah melampaui Rp50 juta. Meski begitu, semangat dan dedikasinya tak pernah surut.
Dikri membuktikan bahwa stroberi tidak hanya bisa tumbuh di dataran tinggi. Dengan perawatan tepat dan inovasi berkelanjutan, stroberi manis pun bisa dinikmati segar di dataran rendah seperti Sukabumi.
Sebagai bentuk komitmen menjaga kualitas, MD Farm tidak melayani pengiriman ke luar kota. Pengunjung dianjurkan datang langsung untuk merasakan sendiri pengalaman petik stroberi langsung dari kebun—sebuah kegiatan yang tak hanya menyegarkan, tetapi juga mengedukasi.