Hotelnella – Daerah Kintamani di Bali dikenal sebagai kawasan pegunungan yang menyuguhkan panorama alam yang memukau. Di kawasan ini berdiri Gunung Batur, sebuah gunung berapi aktif dengan ketinggian 1.717 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung ini tercatat masih aktif, dengan letusan terakhir terjadi pada awal 2000-an. Salah satu momen paling menakjubkan yang bisa disaksikan dari puncak Gunung Batur adalah saat matahari terbit, menyajikan keindahan alam yang menenangkan.
Dari puncak Gunung Batur, para pendaki juga dapat menikmati pemandangan tiga gunung megah lainnya, yakni Gunung Agung, Gunung Abang, dan Gunung Rinjani. Untuk mencapai puncaknya, pendakian umumnya memakan waktu sekitar 2 jam. Jalur yang paling direkomendasikan, terutama bagi pemula, anak-anak, atau orang tua, adalah melalui rute Toya Bungkah yang terkenal sebagai jalur pendakian yang relatif mudah dan aman.
Informasi ini disampaikan oleh I Dewa Gede Antara, warga asli Kintamani, Bangli, yang juga menjabat sebagai Bari Komsos Siterdim 1626/Bangli. Ia mengungkapkan bahwa dirinya cukup sering melakukan pendakian ke Gunung Batur karena kecintaannya terhadap alam dan keindahan daerah tempat tinggalnya.
Sang Atlet yang Tak Pernah Bosan Menaklukkan Gunung Batur
Tidak seperti pendaki pada umumnya, I Dewa Gede Antara — yang dikenal juga sebagai Dewa Pelari — sering menaklukkan Gunung Batur dengan cara yang tak biasa: berlari hingga ke puncak. Pria yang juga seorang atlet ini mengaku telah terbiasa melakukannya sejak memecahkan rekor lari keliling Bali pada tahun 2019.
“Semenjak memecahkan rekor itu, saya masih aktif ikut berbagai lomba lari. Tapi yang paling sering, saya berlari menuju puncak Gunung Batur. Pemandangannya selalu indah dan tidak pernah membuat bosan,” ungkapnya saat berbincang di Bangli, Senin (28/4/2025).
Lebih lanjut, Dewa menjelaskan bahwa jalur pendakian paling direkomendasikan adalah via Toya Bungkah. Selain medannya yang tidak terlalu terjal, jalur ini juga dapat dilalui oleh motor besar hingga titik tertentu yang cukup dekat dengan puncak. Hal ini membuatnya cocok bagi pendaki pemula maupun mereka yang ingin menikmati pendakian yang lebih ringan.
Menjelajahi Beragam Jalur Menuju Puncak Gunung Batur

Dewa Gede Antara, yang dikenal luas sebagai Dewa Pelari, membagikan pengalamannya tentang berbagai jalur pendakian menuju puncak Gunung Batur. Salah satu jalur favoritnya adalah jalur Toya Bungkah yang terletak di sisi timur gunung.
“Melalui jalur ini, pendaki bisa menikmati tiga titik pemandangan. Jika tidak sanggup mencapai puncak, masih ada dua titik lainnya yang bisa menjadi alternatif untuk menikmati panorama alam,” jelas Dewa.
Selain Toya Bungkah, ada tiga jalur lain yang bisa dijadikan pilihan. Jalur Culali atau Bukit Mentik, misalnya, memiliki rute terpanjang di antara semua jalur yang ada. Pintu masuknya berada di jalur menuju puncak utama, namun Dewa menyarankan agar pendakian di jalur ini tidak dilakukan saat hari gelap karena permukaannya yang berpasir bisa membahayakan.
Jalur ketiga adalah Serongga, yang memiliki karakter trek serupa dengan jalur Toya Bungkah — relatif bersahabat bagi pendaki.
Sementara itu, jalur keempat adalah jalur Pasar Agung, yang dikenal sebagai jalur paling singkat menuju puncak. Pendakian dimulai dari Pura Jati menuju Pura Pasar Agung. Meski jalur ini cukup terjal dan dipenuhi bebatuan, waktu tempuhnya paling singkat di antara yang lain, cocok bagi pendaki yang ingin mencapai puncak dalam waktu relatif cepat.