Hotelnella – Di tengah ketegangan yang terus berlangsung di perbatasan antara Thailand dan Kamboja, para pejabat di Phuket bergerak cepat untuk meyakinkan wisatawan bahwa pulau tersebut tetap aman untuk dikunjungi. Kekhawatiran muncul bahwa konflik bersenjata itu dapat mengganggu sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Kamis, 24 Juli 2025, Gubernur Phuket, Sophon Suwannarat, menegaskan bahwa situasi di wilayahnya aman dan kondusif. Ia menjelaskan bahwa konflik terjadi sangat jauh dari Phuket dan tidak memengaruhi aktivitas harian di pulau wisata tersebut.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam dua bahasa, sebagai bentuk komunikasi terbuka untuk menenangkan warga lokal maupun wisatawan asing. “Provinsi Phuket menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas korban jiwa dan kerusakan akibat kerusuhan baru-baru ini di sepanjang perbatasan Thailand-Kamboja,” ujar gubernur dalam pernyataan tersebut.
Ia juga menambahkan, “Doa kami menyertai mereka yang terdampak, dan kami berharap konflik ini segera berakhir dengan damai.”
Dilansir The Anugerahslot Thaiger, Sabtu, 26 Juli 2025, Sophon menekankan bahwa jarak antara Phuket dan wilayah konflik mencapai hampir 1.500 kilometer. “Kerusuhan itu tidak memengaruhi keamanan atau atmosfer pariwisata di Phuket,” tegasnya.
Pemerintah setempat berharap klarifikasi ini dapat menjaga kepercayaan wisatawan dan memastikan bahwa Phuket tetap menjadi destinasi liburan yang nyaman dan aman.
Kelanjutan Wisata Phuket

Karena pariwisata merupakan sumber penghasilan utama bagi masyarakat Phuket, pemerintah daerah mengambil langkah serius untuk menjaga stabilitas dan kenyamanan wisatawan. Mereka berupaya memastikan tidak ada informasi menyesatkan atau spekulasi yang bisa mengganggu arus kunjungan wisata, terutama di musim liburan yang sedang berada di puncaknya.
Kondisi di Phuket tetap normal. Para wisatawan masih berdatangan seperti biasa, tanpa hambatan. Seluruh destinasi wisata, hotel, restoran, hingga pusat perbelanjaan tetap beroperasi seperti biasa. Pemerintah provinsi juga terus meningkatkan keamanan dengan koordinasi yang erat bersama aparat penegak hukum, sektor swasta, dan instansi terkait lainnya guna menjamin rasa aman bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Aktivitas pariwisata di pulau ini dipastikan berjalan lancar tanpa gangguan. Meski tidak dijelaskan secara detail alasan dirilisnya pernyataan resmi dari Kantor Gubernur, banyak pihak menduga hal ini berkaitan dengan meningkatnya pemberitaan internasional seputar konflik militer di perbatasan Thailand-Kamboja.
Pemerintah berharap kejelasan situasi ini bisa meredam kekhawatiran dan menjaga kepercayaan publik terhadap Phuket sebagai destinasi wisata yang aman dan ramah bagi semua pengunjung.
Konflik Perbatasan Kamboja dan Thailand
Laporan terbaru dari The Phuket News menyebutkan bahwa pemberitaan internasional saat ini didominasi oleh kabar serangan udara, korban sipil, dan evakuasi massal di kawasan perbatasan timur laut Thailand dan Kamboja. Situasi ini memanas setelah kedua negara terlibat saling serang sejak Kamis pagi, 24 Juli 2025.
Sebagai respons atas eskalasi konflik, Thailand telah menutup seluruh titik perbatasan dengan Kamboja. Penutupan ini mencakup larangan bagi kendaraan maupun individu, termasuk wisatawan asing, untuk melintasi pos pemeriksaan di sejumlah provinsi yang berbatasan langsung dengan Kamboja.
Mengutip Euronews pada Sabtu, 26 Juli 2025, ketegangan meningkat sejak bentrokan bersenjata yang terjadi pada 28 Mei 2025 di wilayah sengketa yang relatif kecil namun strategis. Dalam insiden tersebut, seorang tentara Kamboja dilaporkan menjadi korban, memicu ketegangan yang semakin memburuk dalam beberapa pekan terakhir.
Pihak Thailand menuduh Kamboja telah meluncurkan roket dan serangan artileri berat melintasi perbatasan, yang menyebabkan sedikitnya 12 warga Thailand tewas. Sebagai balasan, militer Thailand melancarkan serangan udara terhadap sejumlah target militer di wilayah Kamboja. Kedua negara saat ini saling menuduh sebagai pihak yang memulai serangan.
Ditutupnya Perbatasan Darat

Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, pada Mei 2025 menyatakan bahwa pemerintah akan memperketat pengawasan di perbatasan darat dan memberlakukan pembatasan perjalanan keluar bagi wisatawan. Hanya kelompok tertentu seperti pelajar, pasien medis, dan individu dengan keperluan mendesak—seperti membeli kebutuhan pokok—yang diizinkan melintasi perbatasan ke Kamboja.
Kebijakan ini membuat ribuan wisatawan harus mempertimbangkan ulang rencana perjalanan mereka. Shinawatra menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk menghentikan arus orang yang menuju kasino-kasino di Kamboja yang dinilai “menguntungkan,” meskipun dalam praktiknya hampir semua wisatawan dilarang melintasi perbatasan.
Militer Thailand mengonfirmasi bahwa kebijakan ini telah diberlakukan di seluruh pos perbatasan darat di lima provinsi yang berbatasan langsung dengan Kamboja. Mereka juga menyatakan bahwa seluruh penyeberangan ditutup, kecuali bagi individu dengan kebutuhan khusus atau mendesak.
Lebih lanjut, Shinawatra menyebut bahwa wisatawan asing juga akan dilarang naik pesawat dari Thailand menuju Siem Reap, kota resor di Kamboja yang dekat dengan kompleks Candi Angkor Wat. Namun, pihak Sekretariat Negara Penerbangan Sipil Kamboja menyatakan bahwa sementara ini, penerbangan antara kedua negara masih berjalan normal.