Presiden Donald Trump Naikkan Tarif Masuk Taman Nasional untuk Turis Asing

Presiden Donald Trump Naikkan Tarif Masuk Taman Nasional untuk Turis Asing

Hotelnella – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menandatangani perintah eksekutif pada Kamis, 3 Juli 2025, yang menetapkan kenaikan tarif masuk bagi wisatawan asing yang ingin mengunjungi taman-taman nasional di AS. Langkah ini diperkirakan akan membuat biaya perjalanan ke negara tersebut menjadi lebih mahal bagi pelancong internasional.

Dilansir oleh Anugerahslot Today pada Senin (14/7/2025), Gedung Putih menyatakan bahwa kenaikan tarif ini bertujuan untuk mengumpulkan dana tambahan yang bisa mencapai ratusan juta dolar AS. Dana tersebut akan digunakan untuk mendanai proyek konservasi dan pemeliharaan taman-taman nasional yang selama ini tertunda, guna meningkatkan kualitas dan kelestarian kawasan tersebut.

Perintah eksekutif tersebut menginstruksikan Departemen Dalam Negeri—yang menaungi Dinas Taman Nasional—untuk menaikkan biaya masuk khusus bagi turis asing. Namun, dalam dokumen tersebut belum dijelaskan secara rinci mengenai besaran kenaikan maupun waktu pemberlakuannya.

Selain kenaikan tarif, perintah itu juga memprioritaskan warga negara AS dalam sistem perizinan atau reservasi taman nasional. Artinya, penduduk lokal akan mendapatkan akses utama dibandingkan wisatawan dari luar negeri.

Saat ini, terdapat 433 unit taman yang dikelola oleh Dinas Taman Nasional Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut, sekitar 100 taman menarik biaya masuk dengan nominal yang bervariasi tergantung lokasi dan fasilitas.

Langkah ini menandai perubahan kebijakan besar dalam sektor pariwisata alam AS, sekaligus menjadi strategi pemerintah untuk mendukung keberlanjutan taman nasional melalui kontribusi lebih besar dari pengunjung mancanegara.

Kebijakan Trump Dinilai Timbulkan Beban Baru bagi Warga AS dan Pariwisata

Warga Amerika Serikat kini dinilai menanggung beban lebih besar dalam hal pembiayaan taman nasional. Selain membayar biaya masuk, sebagian pajak yang mereka bayarkan juga digunakan untuk mendanai operasional taman-taman tersebut. Namun ironisnya, pemerintah justru mengusulkan pemangkasan besar pada anggaran instansi yang mengelolanya.

Pemerintahan Presiden Donald Trump pada periode keduanya mengajukan pemotongan anggaran lebih dari 1 miliar dolar AS untuk Dinas Taman Nasional pada tahun 2026—jumlah yang mencakup lebih dari sepertiga anggaran lembaga itu dibandingkan tahun sebelumnya. Akibat kebijakan ini, banyak taman nasional mengalami kekurangan staf, hingga terpaksa menutup sebagian area, menghentikan sejumlah program, bahkan kesulitan dalam menangani keadaan darurat.

Di tengah kondisi tersebut, warga AS tidak hanya menghadapi tantangan di dalam negeri, tetapi juga saat merencanakan perjalanan ke luar negeri. Di era Trump yang kedua, rasa takut dan ketidaknyamanan semakin dirasakan masyarakat Amerika yang ingin berlibur ke luar negeri.

Melansir CNN pada Selasa, 8 April 2025, Raj Gyawali—pendiri socialtours, sebuah perusahaan perjalanan berbasis di Kathmandu, Nepal—mengungkapkan bahwa kekhawatiran ini bukan sekadar wacana. Ia menyebutkan salah satu klien asal Amerika yang membatalkan perjalanan yang sudah dikonfirmasi karena merasa tidak aman bepergian di bawah kepemimpinan saat ini.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kebijakan politik dalam negeri juga berdampak signifikan terhadap persepsi dan kenyamanan warga AS di dunia internasional, serta menambah tekanan bagi sektor pariwisata global yang turut bergantung pada pelancong dari Negeri Paman Sam.

Ketakutan Politik Picu Dampak Ekonomi dan Turunannya di Sektor Wisata

“Pemesanan yang sudah sepenuhnya dikonfirmasi dibatalkan hanya karena orang itu merasa tidak aman untuk bepergian,” ujar Raj Gyawali, pendiri perusahaan perjalanan socialtours di Kathmandu, Nepal.

Gyawali mencatat adanya peningkatan kecemasan dari para klien asal Amerika, sebuah tren yang menurutnya cukup mengkhawatirkan. Kekhawatiran ini bukan hanya membatasi mobilitas warga AS ke luar negeri, tetapi juga berimbas pada pariwisata domestik Amerika Serikat.

Menurut data dari Tourism Economics, jumlah wisatawan internasional yang datang ke AS diperkirakan turun sebesar 5,1 persen. Lebih jauh lagi, pengeluaran dari turis asing pun diprediksi anjlok hingga 11 persen. Dampaknya tidak kecil—kerugian ekonomi diperkirakan mencapai sekitar 18 miliar dolar AS, atau setara dengan lebih dari Rp300 triliun.

Keresahan serupa juga dirasakan oleh warga negara AS sendiri. Sierra Malone, seorang spesialis hubungan masyarakat dan pemasaran digital, mengaku mengalami kecemasan menjelang perjalanannya ke Eropa.

“Waktu Trump pertama kali menjabat, rasanya memalukan. Tapi sekarang—rasanya menakutkan,” ungkapnya. Malone, yang sebelumnya merupakan pelancong berpengalaman dan pernah tinggal di Inggris selama tiga tahun, kini merasa lebih gelisah dari biasanya setiap kali harus bepergian jauh.

Kombinasi antara ketidakpastian politik, kebijakan dalam negeri yang keras, serta meningkatnya rasa tidak aman telah menciptakan gelombang kekhawatiran yang tidak hanya berdampak pada perseorangan, tetapi juga pada ekonomi global yang lebih luas—terutama sektor pariwisata yang selama ini bergantung pada stabilitas dan kepercayaan.

Pandangan Dunia terhadap AS Memburuk, Dampaknya Terasa di Dunia Wisata

Persepsi global terhadap Amerika Serikat kini tengah mengalami pergeseran, khususnya sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat untuk kedua kalinya. Dampaknya tak hanya terasa dalam hubungan diplomatik, tetapi juga dalam kehidupan warga AS yang bepergian ke luar negeri.

Data terbaru dari YouGov menunjukkan penurunan tajam dalam dukungan publik Eropa terhadap Amerika Serikat. Salah satu contohnya, hanya 20 persen warga Denmark yang saat ini menyatakan pandangan positif terhadap AS, turun drastis dari 48 persen pada Agustus 2024. Penurunan ini menggambarkan meningkatnya kritik terhadap kebijakan luar negeri pemerintahan Trump, termasuk sikapnya terhadap konflik di Ukraina.

Lisa VanderVeen, seorang administrator sekolah sekaligus pelancong aktif, mengaku merasakan langsung perubahan sikap tersebut. Menurutnya, kebijakan perdagangan yang tidak menentu dan ancaman tarif tinggi terhadap produk-produk Eropa turut memperburuk pandangan masyarakat luar terhadap warga Amerika.

“Kami menjadi sasaran sorotan karena kebijakan yang bahkan tidak kami setujui,” ujarnya.

Di dalam negeri, situasinya pun tak kalah rumit. Keengganan warga AS untuk melakukan perjalanan ke luar negeri terus meningkat. Di sisi lain, turis asing juga mulai menjauh dari AS sebagai destinasi. Dua arah pergerakan ini mencerminkan efek nyata dari kebijakan internasional yang dinilai kontroversial dan polaristik.

Beberapa negara Eropa bahkan telah mengeluarkan imbauan khusus bagi warga transgender dan non-biner untuk berhati-hati atau menghindari perjalanan ke Amerika Serikat, menambah lapisan ketegangan dalam hubungan internasional yang semakin kompleks.

Ketidakpastian geopolitik, pergeseran nilai, serta dampak sosial dari kebijakan dalam dan luar negeri AS kini benar-benar terasa, tidak hanya dalam lingkup diplomasi, tetapi juga dalam keseharian orang-orang biasa—terutama mereka yang menjelajah dunia.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *