Hotelnella – Suku Buton merupakan salah satu suku bangsa yang cukup dikenal di Indonesia, bukan hanya karena keberadaannya yang kuat di kawasan timur Nusantara, tetapi juga karena kekayaan sejarah dan budayanya yang luar biasa.
Suku ini berasal dari wilayah tenggara Pulau Sulawesi, khususnya dari Kepulauan Buton, yang kini termasuk dalam wilayah administratif Provinsi Sulawesi Tenggara.
Masyarakat Buton dikenal sebagai pelaut ulung dan pedagang yang tangguh sejak zaman dahulu. Mereka juga tercatat dalam sejarah sebagai pendiri Kesultanan Buton—sebuah kerajaan Islam yang dikenal memiliki sistem pemerintahan dan hukum yang terstruktur dan maju pada masanya.
Keberadaan Kesultanan Buton menjadi bukti bahwa masyarakat Buton telah memainkan peran penting dalam peradaban dan sejarah kepulauan Indonesia, khususnya dalam konteks politik, ekonomi, dan budaya di kawasan timur.
Berikut, informasi lengkap tentang Suku Buton, dirangkum Hotelnella dari berbagai sumber, Rabu (7/5/2025).
Asal Usul Suku Buton

Asal-usul Suku Buton berkaitan erat dengan berdirinya Kesultanan Buton, yang awalnya merupakan kerajaan Hindu-Buddha bernama Kerajaan Wolio.
Sekira abad ke-15, kerajaan ini mengalami Islamisasi dan berubah menjadi Kesultanan Buton pada tahun 1541 dengan La Elangi sebagai sultan pertamanya, bergelar Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis.
Kesultanan Buton menjadi salah satu kesultanan maritim yang kuat di wilayah timur Indonesia. Ia memiliki sistem pemerintahan yang unik dan tertulis dalam konstitusi yang disebut Murtabat Tujuh atau Martabat Tujuh, yang mengatur struktur pemerintahan dan masyarakat.
Bahasa Suku Buton
Bahasa Buton termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa utama yang digunakan adalah Bahasa Wolio, yang dulu menjadi bahasa resmi Kesultanan Buton.
Saat ini, terdapat pula dialek dan bahasa daerah lain di kalangan masyarakat Buton, termasuk bahasa Cia-Cia dan bahasa Muna, karena kedekatan geografis dan hubungan sejarah.
Menariknya, pada tahun 2009, sempat ada upaya unik untuk menuliskan bahasa Cia-Cia dengan huruf Hangeul (alfabet Korea), yang kemudian menarik perhatian dunia internasional, meski program tersebut tidak berlanjut lama.
Budaya dan Adat Suku Buton

a. Arsitektur
Rumah adat Buton dikenal sebagai Banua Tada, rumah panggung dari kayu yang tahan gempa dan banjir, mencerminkan pengetahuan lokal yang adaptif terhadap lingkungan.
b. Seni dan Musik
Masyarakat Buton memiliki berbagai bentuk seni tradisional seperti tarian Linda, Tari Lulo, musik gong dan gendang, serta syair puisi berbahasa Wolio.
c. Upacara Adat
Upacara penting seperti Karia (ritual inisiasi bagi remaja perempuan), Posuo, serta tradisi Maulid Nabi, masih dilestarikan dan menjadi bagian dari identitas budaya Buton.
Agama
Mayoritas Suku Buton beragama Islam, yang telah menjadi bagian dari identitas mereka sejak abad ke-16. Ajaran Islam dan adat istiadat lokal hidup berdampingan, membentuk pola hidup yang khas dalam masyarakat Buton.
Adat Pemerintahan Suku Buton
Suku Buton memiliki struktur sosial yang kompleks dan sangat dipengaruhi oleh sistem Kesultanan Buton. Pemerintahan tradisional terdiri dari beberapa lembaga adat, di antaranya:
* Sara Patapata (empat lembaga adat utama)
* Bonto (pemimpin wilayah)
* Kapitalao (laksamana atau pemimpin militer maritim)
* Bobato (anggota dewan adat)
* Hukum adat Buton bersifat tertulis, yang menjadikannya unik dibandingkan banyak masyarakat adat lain di Indonesia yang menganut hukum tak tertulis.